Desa Sembungan telah menjalani perubahan signifikan dalam pengelolaan sampah sejak adanya kerja sama dengan Bank Indonesia pada tahun 2017. Sebelumnya, pengelolaan sampah di desa ini belum memadai, meski wisata desa berbasis alam telah berkembang. Namun, berkat pendampingan dari Bank Indonesia, Desa Sembungan kini memiliki Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang didirikan di lahan seluas 900 m² dekat pintu masuk desa.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah, dengan hasil sampah yang diolah tidak hanya mengurangi polusi, tetapi juga memberikan nilai ekonomi tambahan bagi warga. Salah satu langkah kreatif adalah pemanfaatan botol plastik untuk menghias gapura desa, yang merupakan bagian dari upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya daur ulang.
Sampah yang terkumpul dari rumah-rumah warga akan dibawa ke Bank Sampah, di mana sampah tersebut dipilah antara organik dan anorganik untuk kemudian diolah lebih lanjut. Bank Sampah Desa Sembungan memiliki kapasitas tampung hingga 100 m³. Selain itu, desa juga bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat dalam mengelola sampah secara mandiri.plastik yang ada diseluruh kawasan Desa Sembungan, baik yang berasal dari pengunjung maupun dari pertanian dikumpulkan, dicairkan dan dicetak menjadi paving blok sepertiyang terpasang di gapuran masuk desa, saat ini pengolahan sam pah di desa sembungan telah menjadi lokasi kunjungan study banding dari berbagai tempat untuk sharing pengelolaan sampah atau menjadi wisata edukasi lingkungan
Kerja sama ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah, tetapi juga mempromosikan kebersihan sebagai syarat utama untuk memajukan pariwisata di Desa Sembungan. Dengan lingkungan yang lebih bersih, wisatawan akan merasa lebih nyaman, dan hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya kunjungan ke desa yang juga terkenal dengan Bukit Sikunir sebagai destinasi untuk menikmati fenomena Golden Sunrise.
Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, Desa Sembungan telah memiliki masterplan pengembangan desa hingga 20 tahun ke depan. Pengelolaan desa tidak hanya berfokus pada wisata alam, tetapi juga pada sektor pertanian yang potensial seperti kentang, carica, purwaceng, dan terong Belanda. Selain itu, adat dan budaya lokal, seperti Upacara Ruwat Rambut Gimbal dan Tari Imo Imo, tetap dilestarikan sebagai bagian dari daya tarik wisata budaya.
Desa Sembungan adalah contoh sukses dari kemitraan strategis antara desa dengan stakeholders eksternal, seperti Bank Indonesia, yang telah berhasil mengubah desa ini menjadi destinasi wisata yang bersih dan nyaman, serta mendukung ekonomi masyarakat melalui pengelolaan sumber daya lokal secara berkelanjutan.